Manusia
adalah makhluk sosial yang mewadahi masyarakat sekitarnya. Kehidupan
masyarakat ada sebagai akibat dari keinginan atau kebutuhan
masing-masing jiwa difasilitasi dari
individu yang berbeda. Hal inilah
yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi sosial yang dinamis antar manusia. Namun tidak sedikit dari anggota masyarakat yang
masih memiliki moral yang rendah dengan masyarakat yang lainnya, khususnya
mahasiswa. Padahal, mahasiswa
merupakan salah satu generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu menjadi
kekuatan etis bagi masyarakat.
Perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi telah mengubah segala tatanan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai
perubahan gaya hidup. Selain itu, perkembangan ini juga siap
membangun aktivitas yang dilakukan oleh setiap
jiwa secara efektif. Tidaklah
mengherankan bahwa kemajuan seperti ini benar-benar dapat mengurangi moral kehidupan para mahasiswa
di masyarakat.
Setiap masyarakat memiliki empat pilar di dalamnya, yaitu bagian fisik atau jasmani, perasaan atau emosi, komponen pikiran atau mental dan komponen jiwa. Masyarakat adalah lingkungan kehidupan sosial yang dicirikan oleh tingkat hubungan sosial yang tepat. Masyarakat pada dasarnya terdiri dari 2 kelompok berkaitan, yaitu komunitas keluarga dan juga komunitas kepentingan. 2 tim individu bersatu menjadi masyarakat yang lebih besar dan nasional diatas komunitas keluarga dan komunitas kepentingan, yang dikenal sebagai masyarakat umum.
Mahasiswa adalah salah satu bagian dari masyarakat. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Salah satu peran penting mahasiswa adalah sebagai moral force dalam kehidupan masyarakat. Moral force (kekuatan moral) adalah gerakan yang bertumpu pada nurani luhur dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Mahasiswa diharapkan mampu sebagai moral force dalam kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat mampu menjadi insan yang bermoral.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang perseorangan yang belajar di perguruan tinggi. Beberapa mahasiswa memasuki remaja akhir (18-21 tahun), namun ada juga yang diklasifikasikan sebagai dewasa awal (22-28 tahun). Mahasiswa memiliki peran yang penting dalam membangun moralitas.
Generasi muda saat ini memiliki tantangan dalam menghadapi era pengganti dalam kehidupannya, khususnya era society 5.0. Society 5.0 sebagai pelengkap Revolusi komersial 4.0 harus diarahkan pada peran generasi muda untuk kemajuan negara di masa depan. Society 5.0 sering dipahami sebagai sebuah gagasan masyarakat humanis berbasis teknologi.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, serta keberadaan peran manusia tergantikan dengan kehadiran robot cerdas. Untuk itu, diperlukan pemahaman masyarakat 5.0 yang mendukung spiritualitas dan budaya sebagai bekal metode pengembangan generasi milenial yang siap menghadapi isu dan tantangan. Melalui Society 5.0, komputasi yang memperhatikan aspek manusia dapat merombak informasi tak terhitung yang dikumpulkan melalui jaringan di seluruh bidang kehidupan. Generasi muda Indonesia dalam hal ini berperan sebagai masyarakat yang menerapkan roadmap. Mahasiswa harus mampu menghadapi Era Society 5.0 di Indonesia dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada karena Sumber Daya Manusia dalam negeri tidak kalah berkualitasnya dengan Sumber Daya Manusia asing, dan diharapkan juga keberadaan Masyarakat 5.0 ini dapat mengembangkan Sumber Daya Manusia di dalam negeri sendiri, melihat masih adanya kelangkaan Sumber Daya Manusia di berbagai bidang.
Society
5.0 sebagai pelengkap Revolusi 4.0, harus diarahkan pada peran generasi muda untuk kemajuan bangsa Indonesia di
masa depan. Generasi muda memiliki
perilaku kreatif dan inovatif,
cenderung menciptakan pola kerja mereka dengan keterampilan sosial yang kuat. Generasi muda yang kreatif, inovatif dan produktif sejak dini
harus didorong untuk diperkaya
dengan soft skill yang
dicanangkan dalam Society
5.0. Tentu saja, kemampuan
komprehensif ini diharapkan mampu memenangkan persaingan di era serba sulit dan dunia tanpa batas.
Menyikapi
kondisi seperti, dibutuhkan generasi muda yang dibalut nilai-nilai yang rahmatan
lil alamin. Rahmatan lil alamin itulah
ciri kebesaran Islam, yang dapat berupa gambaran
kongkritnya yaitu orang lain ikut menikmatinya, merasakan faedahnya, terangkat martabatnya, siapapun membutuhkannya
dan semua orang terbantu
olehnya.
Penerapan Islam yang rahmatan lil
alamin membutuhkan sudut pandang yang bijak dalam mengelolanya, yaitu: sikap yang ahli, tidak mudah terpancing,
tidak emosional, namun tetap sabar dalam memberikan pemahaman Islam yang
utuh. Pelaksanaan Islam rahmatan lil alamin membutuhkan rasionalitas,
pengendalian diri, mencari jalan keluar, pemaaf, kasih sayang, bersikap baik, tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), adil, demokratis.
Ajaran
dalam Al-Qur'an adalah pedoman. Jika
dipraktekkan, maka akan membentuk kepribadian yang karakternya disebut
perilaku moderat. Karakter
seperti inilah yang seharusnya
dimiliki oleh generasi muda di era masyarakat 5.0.
Oleh: Wella A. Apriliani
0 Komentar