self costumed pic
Iya memang sepertinya hanya kata itulah yang tepat bagi saya, saya mahasiswa naif.
Mahasiswa, sebuah kata penyejuk yang bisa membuat seseorang yang menyandang gelar itu akan merasa bangga atas gelarnya. Menurut KBBI, mahasiswa ialah orang yang belajar di perguruan tinggi, dan definisi kata "maha" Ialah sesuatu yang lebih, sedangkan definisi kata "siswa" sendiri ialah pelajar atau bisa dikatakan seorang pelajar. Itu semua adalah sebagian dari kata penyejuk yang sering diucapkan dan saya terima waktu masih menjadi mahasiswa baru (maba).
Mahasiswa ialah seseorang yang diharapkan oleh masyarakat agar bisa menjadi penengah setiap masalah serta membawa perubahan yang lebih baik, mungkin itu salah satu esensi bagi seorang mahasiswa terlepas dia seorang aktivis atau apapun itu. Dewasa ini banyak mahasiswa yang lupa akan tugas dan tanggung jawab besarnya menjadi seseorang mahasiswa, entah apa yang membuat nyali dan harga diri mereka pudar bahkan hilang.
Ketakutan yang memayungi hidup mahasiswa, takut atas pengangguran dan trauma terhadap penindasan. Setiap semester, mahasiswa diburu oleh pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) yang tak pernah turun, terlebih lagi diguncang oleh petuah dosen agar lulus kuliah tepat waktu, mungkin sebagian kecil juga memilih untuk lulus diwaktu yang tepat. Ironisnya, banyak mahasiswa yang memakai kampus sebagai wadah untuk pamer kekayaan, bangga atas harga outfit/style pakaiannya yang setiap harinya ganti dengan brand yang muluk bahkan berbeda-beda, sampai-sampai jumlahnya melebihi jumlah buku yang telah dibaca. hmm...
Hedonisme sekarang bertumbuh subur di kalangan mahasiswa, semata-mata corak dari mahasiswa ialah yang memakai celana jeans, laptop mahal, kendaraan mewah, hingga kartu mahasiswa, dari situlah munculnya pertanyaan, semua itu menandakan statusmu sebagai pelajar atau pengusaha? Kuliah kini menjadi nilai sederhana, yang mana hanya mengantarkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan.
Itu semua yang sekarang mulai nampak diatas permukaan, mahasiswa mulai beradu busana dan barang yang memiliki brand dengan nilai atau fungsi yang tidak jelas. Fenomena yang sekarang hangat dibicarakan di media televisi, timbulnya penyewaan atau rental handphone yang merknya tanpa disebut khalayak pun sudah mengetahuinya, terlebih lagi faktor kuliah daring yang mendesak akan kebutuhan kepemilikan handphone, hingga status mahasiswa yang makmur tergantung apa merk handphone yang ia miliki dan memaksa untuk "lebih" padahal dirasa tidak begitu perlu. Tampak mahasiswa sudah lupa dengan beban sosial yang entah realitanya, dilupakan atau terlupakan. Fenomena seperti itu seakan tak ada rem maupun jalan keluarnya, mungkin sekarang mahasiswa sudah beralih fungsi, entah apa fungsinya. Posisi waktu saya menulis ini masih bisa dikatakan mahasiswa baru yang bingung akan fenomena yang sedang terjadi saat ini, bahkan seolah ini tampak menyinggung diri saya sendiri yang buta akan kesadaran sosial, iya, saya.
Oleh: M. Jauhar Nafis
0 Komentar