Peran Kader PMII Dalam Era Modernisasi


 Pic by Nuthan Raj @Pinterest


Secara bahasa, pengertian Modernisasi yaitu “modo” yang berarti akhir-akhir ini, dan “ernus” yang berarti periode waktu masa kini, serta mendapatkan tambahan “isasi” yang mengandung arti proses, sehingga secara istilah merupakan suatu proses perubahan dari keadaan tradisional menuju masyarakat yang lebih maju (modern) atau masa kini. Proses tersebut merupakan pergeseran sikap dan mentalitas sebagai masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan zaman masa kini. Tetapi perlu ditelaah bahwa dibalik peralihan zaman tradisional ke zaman modern membuat dampak negatif yang merusak tradisi masyarakat tradisional. Memang pada saat ini semua kegiatan cenderung lebih praktis. Itu semua karena perubahan yang mencakup dari sistematika saat ini yang sudah mengalami perubahan secara drastis.

Dalam era 4.0 (era industri) para kader PMII harus siap menghadapi pergolakan zaman, baik dari segi kemajuan teknologi maupun kemajuan ilmu pengetahuan. Para kader PMII seharusnya memiliki keinginan tinggi untuk mempelajari segala hal baru agar wawasan para kader PMII terbuka tehadap teknologi masa kini. Para kader PMII tidak boleh menutup pandangannya agar cakrawala mereka terbuka, sehingga mampu bersaing dalam pergolakan era industri. Mempelajari segala pengetahuan baru bagi kader PMII akan membuat PMII terus memberikan sinergi baik bagi kesatuan dan keutuhan indonesia. 

Sebagai kader PMII seharusnya mampu beradaptasi dengan adanya modernisasi, seperti halnya kita tengah berada di era revolusi industri yang tidak menutup kemungkinan nantinya akan menjadi 5.0 "society". Era dimana dunia industri digital telah menjadi acuan dalam menghadapi kehidupan. Sebagai kader PMII ruang kapasitas sangat diperlukan, agar memunculkan ide kreatif dan inovatif yang berguna untuk menjawab perkembangan zaman yang sedang berjalan saat ini, agar nantinya tidak tertinggal ketika memasuki era yang lebih maju. 

Di era 4.0 ini hal yang perlu didorong adalah inovasi baru dan pembekalan digital teknologi. Kuncinya adalah sumber daya kader yang berkualitas dan inovatif. Di sini peran pengurus sangat dibutuhkan. Dimana seorang  pengurus harus memahami setiap kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh setiap kadernya.



Oleh: Maula Shafira Putri Thohari
Editor: Riyadus

0 Komentar