Pic by dribbble.com @pinterest
Hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, manusia mana yang tak mempunyai tujuan atau pemikiran untuk mensejahterakan dirinya juga lingkungan sekitarnya. Memang dapat dikategorikan sulit jika menangani suatu problematika tanpa tahap. Apalagi seorang perempuan yang fitrahnya memiliki sifat bahkan sikap yang masih labil dan mudah terpengaruh oleh keadaan sosial atau pergaulan sekitarnya.
Akan tetapi setelah saya pribadi mengamati tidak semua perempuan mempunyai sifat dan sikap seperti terdeskripsi di atas. Bahkan sebagian dari mereka nampak jelas berperilaku hidup berdasar nurani yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, menghargai hak asasi manusia, mengusahakan perdamaian, dan melestarikan keutuhan ciptaan. Biasanya hal ini dapat ditemui di pondok pesantren yang dinaungi oleh seorang kyai dan keluarganya. Sebutan bagi para muridnya yang berpenghuni ditempat itu adalah santri putra maupun putri, tergantung pengkhususan lembaga tersebut yakni untuk putra atau putri. Banyak pengajaran sosial yang agamis anti kekerasan juga awal dari pembentukan karakter yang mana mengajarkan pemahaman akan situasi dan kondisi yang terjadi di sekelilingnya. Selain itu mereka mempunyai fungsi serta tujuan menjemput kesejahteraan yang mengandung makna bahwa manusia bahkan seorang perempuan itu sendiri haruslah tercukupi kebutuhannya tentang rasa aman sentosa dari kekhawatiran terutama mencakup soal pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja nantinya. Namun untuk masalah pekerjaan biasanya mereka tidak dituntut untuk serta merta mengejarnya. Yang pasti jadilah orang yang bermanfaat dalam hidup dengan bersyukur serta melakukan kebaikan setiap harinya kepada sesama dengan begitu takdir yang baik akan terus dirasakan.
Dalam konteks lain yakni pada umumnya, mengenai bermartabat manusia juga dituntut tidak hanya mengusahakan hidup kesalihan individual tetapi juga kesalihan sosial. Hal itu dapat tercermin dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari seperti menjaga pluralisme, mengembangkan gotong royong, tidak diskriminatif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pemenuhan hak-hak dasar. Membicarakan kehidupan, kedamaian dan kesejahteraan adalah dambaan setiap manusia apalagi sosok seorang perempuan yang amat sangat mengharapkan hadirnya kenyamanan. Yang menjadi sebuah perenungan adalah bahwa di dunia sekarang ini cukup sulit menemukan damai sejahtera. Bagi kita manusia yang hidup di dunia ini damai sejahtera sifatnya hanya sementara dan kadang kita tidak tahu apa yang terjadi esok hari.
Melihat fenomena seperti ini maka KOPRI PMII sebagai organisasi penggerak pemberdayaan perempuan mempunyai peranan besar untuk berkontribusi yang bisa dirasakan oleh masyarakat, khususnya di daerah-daerah tertinggal yang rawan terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, pola kaderisasi ke depan harus mengarah pada kesiapan SDM yang memadahi supaya PMII khususnya KOPRI di internal kuat dan secara ekternal dapat berkontribusi banyak bagi bangsa dan negara. Satu yang harus diingat, diperhatikan, dan diterapkan bahwa suatu gerakan perempuan pada organisasi itu butuh pada tindakan afirmatif yakni tindakan sementara dalam kesetaraan dan keadilan gender bagi perempuan dalam arena politik, mengingat ketertinggalan perempuan dalam mengisi dan mengambil kesempatan dalam bidang politik masih sangat jauh dari harapan. Namun fokusnya adalah adalah sebuah kebijakan tindakan sementara untuk memberikan kompensasi kepada kelompok yang selama ini terdiskriminasi serta tidak memiliki sumber daya yang memadai.
Menjadi perempuan hebat yang bermartabat adalah nilai luhur tersendiri untuk bangsa. Yang selalu menjadi bagian terpenting untuk membentuk Negara bahkan dunia yang makmur dan sejahtera. Siapapun kalian yang bergelar sebagai perempuan, tumbuhlah menjadi pribadi penuh inspirasi yang tidak akan membatasi diri hanya kerena orang lain tidak menerima kenyataan bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal – hal berupa minat, bakat, maupun prestasi yang melibatkan aksi dalam rangka pengembangan masing-masing ragam potensi.
*Essay ini merupakan essay yang diajukan penulis untuk mengikuti SKK (Sekolah Kader KOPRI) PC PMII Kediri ke IV sekaligus menyabet penghargaan sebagai essay terbaik di event terkait.
Oleh: Anadila Afifah
Editor: Finaqurrota
0 Komentar