Senin (13/12/21) - Agenda bedah film Bumi Manusia sukses digelar Kopri Rayon PMII Abraham.
Bertempat di rayon pusat Abraham (Gg.1 Jln. Sunan Ampel no.19), agenda bedah film ini merupakan proker KOPRI rayon PMII Abraham periode 2021 – 2022. Untuk pemilihan film ini sendiri Akhwalul Makhfiyah, ketua KOPRI mengatakan bahwa hal ini mempertimbangkan dari situasi sosial perempuan yang akhir – akhir ini mendapat sorotan.
“kasus – kasus kekerasan yang terjadi kepada perempuan akhir - akhir ini merupakan bukti objektifikasi perempuan, nah di film bumi manusia ini kan terdapat visualisasi dari objektifikasi perempuan itu sendiri yakni pada scene Annelies dengan kakaknya, Robert. Disamping itu terdapat pula penggambaran kekuatan perempuan yang diwakili oleh sosok Nyai Ontosoroh, Ibunda Annelies” ujar ketua KOPRI yang kerap disapa sahabati Mafie ini.
Ia juga menambahkan pemilihan film Bumi Manusia juga karena isu yang diusung oleh film adaptasi novel karya Pram ini tidak hanya seputar isu perempuan, namun lebih luas juga soal perjuangan pribumi menghadapi kolonial, penindasan dan diskriminasi serta tak lupa soal perjalanan sastra Indonesia. Dengan ragam topik yang diangkat, KOPRI juga berharap agendanya dapat dihadiri oleh selain kader putri PMII (karena yang terjadi selama ini kajian kajian KOPRI dianggap eksklusif untuk kader putri dan kader laki – laki tidak pernah ikut aktif dan ini merupakan suatu kegagalan). Tak lupa kepada kru Lso, sahabati Mafie juga menyampaikan untuk agenda bedah film selanjutnya KOPRI sangat senang apabila sahabat/i juga ikut andil mengusulkan film apa yang akan dibedah (request).
Harapan yang dibawa KOPRI bersama pemutaran film kali ini berbuah manis, bedah film sore itu dihadiri kurang lebih 30 peserta yang hampir setengahnya adalah laki – laki. Tepat setelah 3 jam menyimak film mulai pukul 13.00, dibuka sesi review dimana terjadi tukar gagasan mengenai pesan apa yang Pram coba sisipkan dalam karyanya ini (mengingat Bumi Manusia ini adalah bagian dari tetralogi Buru yang Pram buat ketika itu di dalam pengasingan). Fasilitator sore itu Siti Bayu Widiastutik yang juga merupakan anggota biro media dan jaringan KOPRI rayon PMII Abraham, membebaskan peserta untuk mereview film mulai dari topik apapun.
Gagasan pertama muncul dari sahabat Husain (Anggota rayon PMII Abraham angkatan 2021) mengenai dinamika perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme yang digambarkan melalui sosok Minke. Gagasan ini kemudian ditanggapi oleh sahabati Fina dan sahabati Jauhar, dengan penambahan mengenai sosok perempuan zaman penjajahan yang coba digambarkan Pram melalui figur Annelies dan Nyai Ontosoroh. Dialektika kemudian ditutup oleh sahabat Yanwar yang mereview film dari segi genre. Menurutnya meskipun Hanung Bramantyo memilih segmen roman untuk ditonjolkan pada karya adaptasi novel Pram ini, hal itu tetap tidak mengurangi esensi perjuangan pribumi yang menjadi topik utama yang diusung Pram dalam novelnya, dan hal ini bisa dipahami karena memang genre inilah yang paling menjual.
Tepat pukul 16.00 WIB agenda bedah film selesai. Setelah sebelumnya gagasan – gagasan yang muncul dalam sesi review disimpulkan oleh Sahabati Sibay, fasilitator sore itu.
”kaum pribumi dan eropa sama derajatnya (maka kemudian penjajahan dan perbudakan haruslah dihapuskan), ada satu pelajaran dari Nyai Ontosoroh dan Minke bahwasanya diam itu belum tentu kalah selagi kita sudah melawan. Dan sebagai kaum terpelajar kita harus juga terus berani dan membela jika mengetahui itu sebuah kebenaran” ujar perempuan yang merupakan salah satu mahasiswa aktif prodi IAT IAIN Kediri semester 3 ini.
Setelah acara selesai, secara off record (seperti menyampaikan pesan secara personal) yon Fuad menambahkan konklusi sore itu, bahwasanya apa yang terjadi di zaman penjajahan dimana Indonesia yang notabene tanah yang kaya kemudian dieksploitasi, dipengaruhi, dan diperdaya oleh penjajah pada dasarnya adalah karena ketidaktahuan. Masyarakat masih kurang terpelajar. Refleksinya kemudian kita sebagai golongan yang dianggap terpelajar masa ini harus bisa memosisikan diri sebagai penyambung lidah rakyat menyuarakan kebenaran namun juga harus tetap dengan verifikasi dan kajian kajian juga. Seperti kata Pram, kaum terpelajar itu harus sudah benar sejak pikiran, apalagi perbuatan.
Salam Pergerakan !!!
Pewarta: Finaqurrota
0 Komentar