Foto diambil dari website liputan6.com
Indonesia bukan merupakan negara Islam, namun penduduknya mayoritas beragama Islam, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD. Selain Indonesia, ada juga beberapa negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam, diantaranya Pakistan India, Mesir, Turki, Iran, Nigeria dan Bangladesh. Mengapa saya ambil pembahasan yang di Indonesia ? ya karena saya sendiri penduduk Indonesia. Berbicara mengenai Islam di Indonesia menurut saya memang suatu pembahasan yang sangat menarik. Mengapa ? karena di Indonesia kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam sangat terang terlihat dalam kehidupan masyarakat yang memeluk agama Islam.
Pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam menjadi acuan terbesar dalam dinamika perkembangan Islam di Nusantara. Pondok pesantren juga bisa dibilang lembaga pendidikan pertama yang didirikan di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren tentunya mempunyai peran penting, salah satunya harus menunjukkan kontribusi positif dikalangan masyarakat.
Berbicara mengenai peran pondok pesantren, bukan hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi berperan juga sebagai lembaga keagamaan yang menjadi basis perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan, lembaga keilmuan, lembaga penelitian, lembaga pelatihan, dan lembaga pengembangan masyarakat sekaligus menjadi simpul budaya. Selain itu, Pondok pesantren juga berfungsi sebagai suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan dan mengembangkan Ilmu Agama Islam. Dalam pandangan masyarakat, santri yang menempuh pendidikan di pondok pesantren dianggap semuanya berakhlak baik. Tapi pada kenyataannya, ada beberapa santri, ya mungkin tidak semuanya yang belum bisa mengimplementasikan akhlak baiknya di kehidupan sehari-hari.
Zaman sekarang mayoritas masyarakat menjudge seseorang berdasarkan penampilan. Masyarakat menjudge bahwa seseorang yang berpenampilan Syar’i dianggap baik, dan seseorang yang berpenampilan seperti anak nakal, anak punk, dan lain sebagainya dianggap buruk. Mengapa ? terkadang saya sendiri masih bertanya-tanya mengenai pandangan masyarakat yang seperti itu, karena tidak sedikit saya menjumpai seseorang yang suka menjudge. Menjudge memang hal yang paling gampang dilakukan seseorang, namun itu bisa membuat orang lain down, apalagi yang menjudge itu tidak sesuai fakta.
Namun secara tidak langsung, jika seseorang menjudge kita tanpa adanya fakta itu berarti seorang tersebut sebenarnya ada rasa iri kepada kita. Jadi kita tidak perlu khawatir dan tidak perlu bereaksi berlebihan. Sakit ? iya memang. Tapi kita tidak perlu membalas dengan menjudge kembali, balaslah dengan hal-hal yang positif, hal-hal yang baik, seperti contoh dengan prestasi. Karena semakin kita banyak bergerak dan berprestasi, maka dengan sendirinya orang yang menjudge ini akan semakin sakit, bahkan lebih sakit dari apa yang kita rasakan, dan pada akhirnya para penjudge ini akan malu dengan sendirinya.
Pondok pesantren pada zaman dahulu dan zaman sekarang tentunya banyak perbedaan, dan perbedaan tersebut sangat terlihat jelas pada sistem pengajaran, metode dan juga fisik pembangunan pondoknya. Pesantren pada zaman dahulu itu bisa dibilang pesantren salafi, karena hanya mengkaji ilmu agama saja. Selain itu, pesantren pada zaman dahulu juga lebih menerapkan keikhlasan dan kesederhanaan.
Kemudian seiring berkembangnya zaman dan teknologi kini juga semakin canggih, maka pondok pesantren pun dibentuk lebih modern. Sistem pembelajaran, metode dan juga fisik pembangunannya pun semakin maju. Dilihat dari kehidupannya pun, santri zaman sekarang kehidupannya tidak sesulit santri zaman dahulu. Namun disamping itu juga ada kelemahannya, yakni tuntutan santri pada saat ini lebih sulit dibandingkan tuntutan santri pada zaman dahulu. Perkembangan pondok pesantren dari masa ke masa tentunya mempunyai sisi kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tidak hanya di pondok pesantren, sekolah-sekolah lain pun tentunya juga ada sisi kelemahan dan kelebihannya.
Namun dalam dinamika kehidupan pada sekarang ini, pondok pesantren perlu meninjau aspek epistemologi dan juga aksiologi pendidikan Islam. Yang dimaksud aspek epistemologi disini ialah cara pondok pesantren berbagi ilmu pengetahuan Islam dengan menggunakan pemantapan epistemologi pendidikan Islam, atau dengan pengertian lain bahwa pondok pesantren diharapkan dapat merekatkan agama dengan budaya ilmu pengetahuan.
Kemudian pada aspek aksiologi disini berarti bahwa pondok pesantren seharusnya dapat lebih kuat untuk membangun kerja sama dengan masyarakat. Jadi disini kita perlu menjalin silaturrahmi dan juga kerja sama yang baik dengan masyarakat, agar masjid-masjid atau tempat ibadah yang lain dapat secara kuat menjadi tempat yang fundamental untuk pembelajaran islam dilingkungan masyarakat. Kita ambil contoh tempat ibadah, yaitu Masjid. Selain dijadikan untuk melaksanakan ibadah shalat berjamaah, masjid juga dapat dijadikan sebagai sentra lembaga keagamaan.
Potensi masjid yang ada dilingkungan masyarakat sebenarnya sangat besar. Karena sangat disayangkan kalau masjid-masjid disekitar kita dibangun sangat cantik dan megah kalau hanya dijadikan tempat ibadah shalat berjamaah saja. Dengan demikian, pengembangan masjid sebagai sentra lembaga keagamaan itu sangat penting peranannya, apalagi pada zaman sekarang masyarakat telah disibukkan dengan acara keseharian, jadi kita tetap memerlukan pendalaman ilmu-ilmu agama untuk meningkatkan keimanan kita.
Ya memang susah untuk mengimplementasikan hal tersebut, apalagi sebagaimana yang kita ketahui bahwa pandemi pada saat ini masih ada, pandemi belum selesai. Pondok pesantren menjadi salah satu cluster penyebaran Covid-19. Kita harus pintar-pintar menjaga kesehatan kita. Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/handsinitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas adalah bentuk kita dalam mengurangi penyebaran Covid-19 ini. Jadi kita masih tetap bisa berusaha untuk mengimplementasikan aspek epistemologi dan juga aspek aksiologi dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Iman yang terus terpupuk melalui acara keagamaan ini mengupayakan agar kita dan masyarakat sekitar tidak hanya memahami ibadah sebagai kegiatan ritual semata, namun ibadah memiliki makna yang perlu kita kaji lebih dalam, sehingga budi pekerti diri pun turut besar lengan berkuasa alasannya ketekunan beribadah. Selain itu, kita juga terhindar dari menjudge seseorang yang dari penampilannya saja, sebagaimana yang sudah saya uraikan dalam pembahasan diatas. Kita butuh perenungan untuk mendefinisikan dan mengimplementasikan makna ini, sehingga keimanan kita itu bisa utuh.
Belajar dan mengimplementasikan nilai-nilai agama memang tidak mudah seperti kita membalikkan telapak tangan. Semua butuh tahap dan proses, adakalanya proses-proses kita gagal, dan itu merupakan cobaan bagi kita. “Pesimis or optimis?”. Dua kata tersebut merupakan pilihan bagi kita. Seperti yang kalian ketahui, makna dari “pilihan” itu sendiri yang berarti kita diharuskan memilih diantara dua pilihan tersebut. Semua tergantung kita dan jawaban juga ada ditangan pribadi kita masing-masing.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa pondok pesantren memiliki tugas yang besar bagi dinamika masyarakat. Maka dari itu, pesantren perlu meninjau aspek epistemologi dan aksiologinya. Sehingga bangsa lain (Non-Muslim) yang ingin mempelajari tentang “Apa si Islam ?” dapat mempelajarinya melalui pondok pesantren yang berlembaga pendidikan Islam dengan tetap memperhatikan Corak Indonesia.
Kita Kuat, Indonesia Hebat !
Kita Lengah, Indonesia Lemah !
*Esai ini meraih Juara 3 pada lomba esai yang diadakan oleh PC PMII Kediri dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2021
Penulis: Evi Dwi Intan Mey Prafita
0 Komentar