Berhenti Mengaitkan Gender Dengan Arah Gerak Kader PMII

 

Ilustrasi: https://www.google.com/kesetaraan-gender-gejala-universal
 
        Perlu kita sadari bahwa dinamika kehidupan semakin kasar, roda kehidupan semakin berputar, ketika menjalani separuh raga dan jiwamu untuk organisasimu maka bersiap-siaplah untuk bisa menerima rumitnya kehidupan yang penuh kehaluan. Sesuai dengan judul diatas bahwa berhenti mengkaitkan gender dengan arah gerak kader PMII, yakni pasti tidak asing lagi bukan ketika berbicara mengenai gender dalam ranah organisasi, banyak dari mereka yang suka mengkritik namun enggan untuk memberi solusi, entah apa yang dibenak mereka sehingga hobby sekali dalam membicarakan kehidupan orang lain.     
          Terkait gender yang saya pahami ialah suatu peran, sikap ataupun perilaku seseorang dengan konstruksi sosial masyarakat yang mana bisa berubah kapan pun sesuai dengan waktunya. Bicara mengenai gender pasti tidak ada habisnya karna masyarakat kita masih masyarakat patriarki yang mana pikiran orang-orang masih dipenuhi oleh hal-hal yang miring dan pastinya tidak keluar dari ranah normatifnya masyarakat. Karena apa? Karena sebagian laki- laki memiliki pikiran bahwa gender itu sudah didominasi oleh perempuan, itu pun masih mengkultur sampai saat ini. Bagi saya itu adalah pemikiran yang kolot, perlu di modifikasi agar lebih tertata dan lebih baik. Padahal kalau mau dikritisi lagi makna gender itu luas tidak hanya terpacu pada KBBI saja maupun satu perspektif, namun penafsirannya pun cukup banyak terkait gender itu sendiri. 
          Menurut James D. Mony mengemukakan organisasi ialah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Perlu digaris bawahi bahwa dalam organisasi kita butuh belajar yang namanya managemen dan cara mendisiplinkan diri, oleh karena itu perlu adanya pembelajaran yang lebih intensif lagi. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau bisa disebut PMII merupakan organisasi mahasiswa Nahdliyin yang lahir untuk mewujudkan adanya keseimbangan sosial dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipenuhi dengan rasa tanggung jawab yang besar pula, karena sesungguhnya gelar mahasiswa adalah tantangan untuk mewujudkan suatu kehidupan yang lebih baik untuk orang-orang disekitarnya. 
          Sudah jelas sekali bahwa dalam organisasi tidak membedakan terkait laki-laki maupun perempuan, semua setara dalam menjalankan roda organisasi dengan penuh tanggung jawab dan konsisten. namun sampai saat ini saya masih terngiang ketika ada salah satu kader yang masih 
mempermasalahkan gender dalam ranah organisasi. Buat apa? Apa masalahnya? Ketika dalam 
kepemimpinanpun saya sering mendengar bahwa “Sudahlah jangan perempuan yang memimpin, 
nanti berantakan dan tidak jalan, baperan, gampang sakit hati, dll.” Haloo .. Dalam suatu 
kepemimpinanpun sebenarnya tidak ada kata pembeda disana entah itu laki-laki maupun 
perempuan selagi mereka mampu untuk tanggung jawab dan siap menjalankan roda organisasi 
dengan kesadaran yang tinggi menurut saya tidak masalah sih ya.
          Ketika bicara arah gerak kader PMII sebenarnya yang dibutuhkan adalah rasa kesadaran 
yang tinggi agar semangat yang membara itu ada dalam tubuh kader PMII, ketika kader PMII 
tidak ada gertakan kesadaran dalam proses itupun terbuang sia-sia. Karna di organisasi itu ajang 
pembelajaran bukan ajang perlombaan yang mana butuh dilatih untuk berjalan sebelum berlari.
Sebenarnya bukan untuk mengkotak-kotakkan jenis kelamin, namun dalam wadah organisasi 
perlu adanya rasa solidaritas, loyalitas, dan penuh dengan rasa kesadaran tanggung jawab agar 
jelas arah gerak kader PMII saat berproses itu tidak keluar dari koridornya, entah itu laki-laki 
maupun perempuan semua berhak memiliki otoritas pilihannya masing-masing.
           Maka dari itu untuk kepentingan bersama mari tidak mengkaitkan gender dengan arah 
gerak kader PMII, karena itu tidak ada esensinya jika kita kritisi bersama. Ada hal yang lebih 
penting selain memperdebatkannya. Kader PMII punya kewajiban untuk tidak boleh lupa dengan 
Tuhannya, terus berdzikir dalam dirinya, terus menggunakan nalar pikirnya secara kritis dengan 
landasan ilmu dan terakhir beramal saleh dengan terus berbuat baik dan bergerak maju menuju 
peradaban baru.
          Intinya perlu ada refleksi sejarah PMII yang mana agar teringat perjuangan para tokoh 
pendiri PMII terdahulu, jadi di era 5.0 atau bisa dikatakan era society harapannya PMII menjadi 
garda terdepan begitu dengan generasi kekinian karna banyak gerakan yang sudah dilakukan 
oleh kader PMII untuk menuju PMII yang aktual diikuti oleh anak zaman, namun tak sedikit juga 
kader PMII yang masih tertidur nyenyak atau lupa akan arah gerakan organisasi yang 
dinaunginya.





Oleh: Uswatun Khoirun Nisa (Kader Putri Rayon Abraham)

0 Komentar