gambar oleh: http://wallmagazineummulayman.blogspot.com/2019/03/buku-pena.html
Berbicara mengenai
literasi, literasi secara sempit didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan
menulis, termasuk di dalamnya pembiasaan membaca dan mengapresiasi karya sastra
setra melakukan penilaian terhadapnya. Dan secara luas literasi di definisikan
sebagai kemampuan berpikir dan belakar seumur hidup untuk bertahan di
lingkungan sosial dan budaya.
Sebagai agama yang
mendorong untuk membudayakan budaya literasi dikalangan umatnya Islam dikenal
sebagai agama yang yang sangat mementingkan sebuah literasi. Hal ini tidak
terlepas dari sejarah turunya al-Qur’an itu sendiri. Wahyu pertama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril
yakni surah al- ‘Alaq ayat 1-5 yang berisi tentang perintah membaca.
Membaca sendiri
merupakan pintu gerbang bagi manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan, karena membuka
sebuah wawasan pengetahuan diperlukan adanya perantara ilmu. Ilmu dapat
diperoleh melalui buku-buku pengetahuan atau belajar dengan guru secara
langsung, adapun alat untuk mengikat sebuah ilmu adalah dengan menulisnya, maka
dari itu baca dan tulis adalah sebuah satu kesatuan yang tidak dipisahkan dan
saling berhubungan. Dan perintah membaca dan menulis itu sudah mutlaq dari
Allah yang dijelaskan dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 :
إقرأ باسم ربًك الذي خلق,خلق
الأنسان من علق, إقرأ وربًك الأكرم, الذي علم بالقلم ,علم الإنسان مالم يعلم.
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Adapun bentuk-bentuk literasi
yang terdapat dalam surah al Alaq 1-5 diantaranya
:
1.
Membaca
Dalam QS. al-‘Alaq ayat 1-5, membaca
yang disimbolkan dengan kata iqra’ terambil dari kata qara’a yang
berarti menghimpun. Dari asal kata tersebut menunjukkan bahwa iqra’ yang
diterjemahkan dengan bacalah, hal tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks
tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang
lain. Dengan demikian, kata iqra’ yang berasal dari akar kata qara’a sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas lebih
pantas jika dikaitkan dengan makna literasi.
Pengetahuan yang diperoleh dari membaca
dapat berupa berbagai ilmu pengetahuan
baik umum (alam semesta dan isinya) maupun ilmu pengetahuan agama. Hal ini
menunjukkan bahwa objek dari sebuah bacaan adalah mencakup segala hal yang
dapat terjangkau oleh manusia. Selanjutnya pada ayat kedua bicara secara lebih
spesifik, Khalaqal insaana min ‘alaq, “Menciptakan manusia dari segumpal darah”.
Ayat ini bicara tentang hakikat penciptaan manusia dan yang terpenting adalah kelanjutan
dari ayat sebelumnya. Artinya untuk memahami ayat ini, maka perlu mengaitkannya
dengan ayat sebelumnya. Bahwa makna membaca tidak hanya sekadar membaca secara
tekstual, tetapi juga membaca hakikat penciptaan secara lebih luas.
Perintah membaca dalam surah al-‘Alaq
ini telah ditegaskan sebanyak 2 kali, yakni pada ayat pertama dan ketiga.
Menurut al-Maraghi bahwa pengulangan kata iqra’ pada ayat ketiga ini didasarkan
dengan alasan bahwa membaca tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengan
pengulangan atau pembiasaan. Hal itu menunjukkan bahwa kata iqra’ juga
mengandung arti pembacaan refleksif, tidak sekedar melihat dengan kepala dan
mendengar dengan telinga. Namun pembacaan refleksif menuntut seseorang untuk
peka dan responsif terhadap berbagai persoalan baik permasalahan lingkungan,
sosial, budaya, keagamaan, maupun alam. Oleh karena itu hal ini menjadi
dasar utama yang
harus dimiliki oleh setiap manusia.
2.
Menulis
Dalam surah al-‘Alaq menulis
disimbolkan dengan istilah qalam yang terdapat pada ayat keempat. Qalam pada
ayat tersebut berarti pena (alat).Namun pada perkembangan selanjutnya pengertian
qalam tidak hanya terbatas sebagai alat tulis, akan tetapi secara subtansial
qalam dapat diartikan sebagai alat penyimpan, perekam, suting film, dsb.
Sehingga dengan demikian secara
linguistik, ayat tersebut memberikan isyarat bahwa untuk mendapatkan ilmu
dibutuhkan keinginan atau motivasi yang kuat yang senantiasa harus ditumbuhkan
sebagaimana kuku dan kayu yang selalu tumbuh dan berkembang. Sehingga dengan
bantuan qalam ini dapat membantu seseorang dalam memahami sesuatu.
3.
Mengajarkan
Dalam surah al-‘Alaq’ makna mengajarkan
disimbolkan dengan istilah ‘allama sebagaimana yang terdapat pada ayat keempat
dan kelima, yang mempunyai arti pengajaran. Pengajaran Allah dalam surah ini
yakni dijelaskan dalam 2 bentuk, pengajaran secara langsung dan tidak langsung.
Cara pengajaran tidak langsung adalah mengajar dengan alat atau atas dasar
usaha manusia sebagai bentuk implementasi dari ayat keempat surah al-‘Alaq.
Sedangkan cara pengajaran langsung yakni mengajar tanpa alat dantanpa adanya
usaha dari manusia yang merupakan bentuk implementasi dari ayat kelima surah
al-‘Alaq.
Harus kita ketahui bahwa membaca, menulis,
dan mengkomunikasikan alam konteks saat ini dapat ditafsirkan dengan istilah
literasi. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan literasi dalam diri inividu,
masyarakat, dan atau bangsa maka perlu dibentuk, diperkuat, dan dipelihara
melalui berbagai jalur seperti pendidikan, pengajaran, pembelajaran, pemasyarakatan,
penerbitan dan pendampingan sebagai budaya baca tulis.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa hakikatnya literasi perspektif
Q.S al-‘Alaq ayat 1-5 tersebut yakni manusia diperintahkan serta mempunyai
kewajiban untuk belajar dan mengajarkannya. Literasi tersebut secara
terminologis diwakili oleh tiga istilah yakni iqra’, qalam, serta ‘allama yang
menunjukkan makna membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya, serta bentuk
dari pengajaran. Dimana tiga hal tersebut merupakan titik tolak dari
pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan baik
ilmu pengetahuan, kebudayaan maupun peradaban umat Islam.
0 Komentar