Trend Millenial dan Dosa yang Tak Terasa

Yuk rubah mindset "Wahh cakep,pengen!" menjadi "Wahh cakep,pengen sih. Tapi bla bla bla". Berfikir sekilas mengenai Islam pasti judgement yang datang "Ahh Islam ribet,banyak aturan!",padahal Islam itu ‘ketentraman’ dimana tiap-tiap aturan itu ‘ada’ hanya untuk kemaslahatan. Islam ‘mudah’ ketika masuk hanya dengan bermodalkan keyakinan mengucap kalimat: 

Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ Ù„َا Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِÙ„َّا اللهُ ÙˆَØ£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ
(Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah.)

Tanpa paksaan yang diikuti dengan melaksanakan beberapa rangkaian peribadatan sebagai bentuk keseriusan iman yang tidak akan membuat diri dirugikan karena penuh dengan pahala bagi diri sendiri yang telah mengerjakan,pahala datang melalui banyak cara,senyum pun berpahala hanya dengan syarat menjaganya dari lawan jenis,dan masih banyak lagi hal yang mungkin sepele namun terdapat pahala didalamnya. Islam ‘berat’ ketika hal yang harusnya berpahala menjadi dosa hanya karena tak mempertimbangkan syarat datangnya pahala tersebut. Apabila Kita merasa melakukan dosa A dan belum bisa meninggalkannya,maka jangan tumpuk dosa Kita dengan melakukan dosa B. Kita ambil satu contoh mengenai publik figur yang mungkin mudah sekali untuk kita jumpai walaupun bukan secara face to face. Ketika kita melihat seorang publik figur yang kita anggap "Wahh!" dengan keseluruhan style yang dimiliki oleh seorang publik ,figur tersebut seperti kulit mulus putih bersih yang tampak dari cara berpakaian mereka,rambut smoothing kekinian dengan warna dark brown,dsb. yang dipadu padankan dengan pose foto yang elegan dan menarik. Disini Kita dapat merubah mindset "Wahh cakep,pengen!!" menjadi "Wahh cakep,pengen sih. Tapi bla bla bla". Dengan mempertimbangkan berapa banyak dosa yang mungkin akan Kita tambah jika melakukan hal tersebut? Dosa membuka aurat,dosa smoothing bahkan mengecat rambut yang berujung posting media sosial,sampai pada dosa berfoto dengan gaya yang mungkin dapat mengundang syahwat lawan jenis yang melihatnya. Tak perlu jauh-jauh membayangkan publik figur,pandang saja diri kita masing-masing dan mulailah berkaca. Seperti budaya selfie pada hari ini yang tak lagi memandang batas usia orang yang dapat dikatakan telah ‘terdiagnosis’ oleh budaya tersebut. Lansia,tua,muda,bahkan anak-anak pun tak dapat terlepas dari budaya selfie ini. Apabila kita belum bisa meninggalkan dosa selfie,sebisa mungkin jangan tumpuk dosa kita dengan melakukan dosa-dosa lain.

Banyak orang berbondong-bondong melakukan suatu hal yang dirasa mungkin saja dapat membuat mereka terlihat menarik,terutama dihadapan publik. Terlihat menarik adalah hal yang wajar,tak wajar ketika kita salah dalam mencapainya. Bila berbicara mengenai kata "menarik" banyak orang mengatakan bahwa "perempuan mungkin lebih identik". Fenomena penggemar K-Pop dan Drakor (Drama Korea) yang berujung penggunaan skincare dua minggu pemakaian langsung putih,bahkan sampai operasi plastik dilakukan hanya untuk satu kata "cantik" sebagai batu loncatan untuk mencapai kata "menarik". Tujuannya wajar,namun cara mencapainya yang tak benar. Sangat banyak hal yang kurang lebih sama seperti ini,sampai kemudian merubah cara pandang yang mengharuskan kita mengikuti trend ataupun ‘standar korea’, contoh yang paling mencolok yaitu cara pandang bahwa "cakep adalah yang berakhlak baik,cerdas,sholeh/sholehah" menjadi "cakep adalah yang putih,mata agak sipit,rambut sedikit pirang,gaya jalan sok cool " yang secara tidak langsung memaksa kita untuk menjadi seperti mereka meskipun kenyataan memberitahu dengan sangat jelas bahwa mungkin kita tidak bisa mencapai standart mereka. Ketika semua itu telah ‘sadar’ kita lakukan? Apa yang akan kita dapat selain tumpukan dosa yang terus-menerus akan kita tambah hanya karena ingin memuaskan keinginan diri sebagai seorang manusia? Manusia yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperoleh dan selalu berusaha secara terus-menerus dalam memenuhi kebutuhannya.

Bukan ‘menggurui’ bukan pula ‘sok suci’. "Sekali menyelam,dua tiga pulau terlampaui",katanya. Disini saya dapat belajar,mengingatkan diri sendiri maupun orang lain,dan mungkin menambah pahala jariyah dengan menerapkan suatu hadits dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta`ala `anhu bahwa Rasulullah shallallaahu `alaihi wasallam pernah bersabda: 
  بَÙ„ِّغُوا عَÙ†ِّÙ‰ ÙˆَÙ„َÙˆْ آيَØ©ً   
"Ballighuu ‘annii walau ayat’ " (Shahih Al Bukhari)
Yang secara populer diartikan dengan "Sampaikanlah olehmu sekalian dariku, meski hanya satu ayat".

0 Komentar