Sinopsis, Buku Agama Jawa (Setengah Abad Pasca-Clifford Geertz)

Judul Buku    : Agama Jawa (Setengah Abad Pasca-Clifford Geertz)

Pengarang      : Amanah Nurish, Ph.D.

Pengantar       : Prof. Martin van Bruinessen

                         Prof. Robert W Hefner

Penerbit          : LKIS

Tahun Terbit   : 2019

Tebal Halaman: 192 halaman

 

Buku Agama Jawa menceritaka tentang perjalan Geertz dan beberapa tokoh pendukung lain dalam meneliti sejarah yang ada di Modjokuto (sebutan untuk wilayah Pare Kediri). Geertz memberikan banyak informasi latar belakang atau konteks penelitiannya yang mendasari penulisan The Religion of Java.

Geertz meninggalkan 'warisan' penting dalam melihat masyarakat Jawa, yaitu trikotomi “Abangan, Santri, dan Priayi”. Kediri termasuk wilayah Modjokuto yang diteliti oleh Geertz-merupakan area Islamisasi dan Kristenisasi ala Jawa yang cukup menarik. Saya kira, apa yang dilakukan Geertz mengenai studi tentang Modjokuto sangat berhubungan dengan konteks sejarah sehingga ia melahirkan trikotomi bangan, santri dan priayi.

Dalam buku ini juga banyak di jelaskan tentang agama, tradisi dan juga kepercayaan yang ada terdapat di pulau jawa khususnya di daerah Modjokuto. Tentang sistem keyakinan yang turun temurun dilakukan hingga evolusi Agama dan Tradisi. Juga di jelaskan tentang jejak peninggalan Majapahit, aliran kejawen juga praktik Okultisme yang memiliki kepercayaan kepada benda gaib yang dapat di kuasai manusia.

Untuk aliran aliran keagamaan, Geertz memaparkan bahwa “Meskipun memiliki banyak perbedaan, namun para pemeluk agama juga aliran aliran yang berbeda tersebut hidup saling berdampingan. Hadirnya Nahdalatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, termasuk aliran aliran dan juga kebudayaan lokal juga ikut mewarnai fungsi sosial sekaligus gerak kebudayaan dan keagamaan di Modjokuto.

Selain menggambarkan kehidupan sosial dan gerak kebudayaan dengan historiografi-Nya, Kota Modjokuto juga menggambarkan masyarakat-Nya yang memiliki kecenderungan ideologi politik dengan warna pergolakan yang lumayan sengit. Berawal dari kisah petani bawang dan tragedi 1965-1966, dimana di sebuah desa yang sebagian besar penduduknya pendukung komunisme, dalam sejarah kelam yang terjadi pada tragedi 1965 itu mengorbankan ribuan petani bawang merah yang tergabung dalam organisasi Barisan Tani Indonesia (BTI) dan berafiliasi dengan PKI. Perjalanan para petani bawang di Indonesia penuh pergolakan, baik dalam aspek ekonomi, politik, agama hingga berujung pada pergolakan G30 S/PKI 1965. Bahkan hingga propaganda media tentang Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), yang merupakan gerakan perempuan progresif dalam catatan sejarah yang didirikan pada tahun 1950 dengan menggabungkan dan menyatukan perempuan indonesia dari berbagai latar belakang agama dan juga suku. Gerwani yang awalnya memiliki tujuan yang baik, berbelok menjadi pendukung kuat PKI. Gerwani mendukung PKI karena organisasi ini berharap aspirasi mereka dapat di sampaikan di parlemen serta melindungi hak-hak perempuan dalam hukum nasional.

Pada bab terakhir dalam buku ini, penulis menjelaskan tentang perubahan setelah tragedi 1965-1966 yaitu banyaknya eks PKI yang dahulunya abangan sekarang menjadi santri dan cenderung lebih dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Di sisi lain tak sedikit kaum abangan yang pindah pada kepercayaan lokal seperti kejawen, sapto darmo, dan aliran kepercayaan lainnya.

Namun dalam melihat lapisan-lapisan  dan realitas keberagamaan masyarakat Jawa, penulis sangat menyayangkan Geertz yang lebih mengandalkan sisi Thick Description dalam Intepretive Theory. Geertz terlalu menekankan pada kategori kelas dalam memetakan struktuk keagamaan masyarakat Jawa. Dan juga, Geertz melihat agama sebagai bagian dari konstruksi kelas pada masyarakat Jawa sehingga terkesan mengabaikan pengalaman-pengalaman individu dalam keberagamaan. Artinya, individu atau kelompok yang tergolong kaum santri atau abangan bukan jadi karena faktor kelas, melainkan karena faktor pengalaman. Masyarakat Jawa yang notabene sangat cair dalam situasi tertentu bisa sangat memungkinkan melibatkan aspek-aspek psikologis dalam tindakan keberagamaan.Selanjutnya, Geertz tidak memberi tawaran lain dari klasifikasi masyarakat yang tergolong santri dan abangan sehingga kategori ini masih menjadi rancu hingga sekarang.

Penulis : Rosi Wiji Astuti/Kader Putri Rayon Abraham

Editor : A.Janjani


0 Komentar