photo: Jawapos.com
Hari Raya Idul Fitri atau yang akrab disebut dengan "Lebaran", ini merupakan momen yang sangat di nanti-nanti oleh umat muslim di seluruh dunia. Dimulai dari berkumandangnya takbir, dilanjutkan dengan pelaksanaan Shalat Ied di tiap-tiap masjid, hingga bersilaturahmi dan bercengkrama akrab dengan tetangga dan sanak saudara. Namun ada yang berbeda dengan perayaan lebaran pada tahun ini. Lebaran terasa "asing" di tahun 2020 ini. Dimana takbir tak begitu dikumandangkan dengan meriah, Shalat Ied yang harus dilaksanakan terpisah-pisah, bahkan himbauan untuk tidak melakukan silaturahmi yang begitu identik dengan suasana lebaran pada umumnya.
Perayaan lebaran terasa asing ketika takbir keliling berubah menjadi takbir physical distancing, Shalat Ied berjamah berubah menjadi Shalat Ied di rumah, silaturahmi berubah menjadi program isolasi diri, budaya mudik menjadi sangat sulit, bahkan baju baru tak lagi jadi nomor satu. Hal yang begitu identik seakan-akan berubah pada tahun ini.
Budaya berkumpul dengan mengesampingkan ponsel, kini beralih sepenuhnya kepada ponsel. Ucapan "Minal `aidin wal faidzin ", berjabat tangan sebagai simbol saling memaafkan, bahkan quality time pun kini dilakukan secara online. "Lebaran Dirumah Aja", katanya. Istilah yang mungkin sangat pantas untuk menggambarkan bagaimana perayaan lebaran pada hari ini.
Meskipun begitu, keadaan seperti ini tidak menyurutkan semangat masyarakat dalam memeriahkan suasana lebaran tahun ini. Terlihat dari bagaimana antusias masyarakat ketika datang ke masjid untuk melaksanakan Shalat Ied dengan memakai masker yang unik dengan cara mereka masing-masing. Seperti laki-laki yang memakai masker khusus hijab ataupun masker yang bergambarkan karakter Hello Kitty bahkan Barbie yang ukurannya pun melebihi ukuran wajah mereka. Suasana menjadi sangat berbeda, bahkan memiliki suatu momen yang mungkin tak akan ada pada lebaran-lebaran tahun yang akan datang. Misalnya saja momen lucu ketika seorang anak kecil yang dengan polosnya menangis begitu keras dan merasa bingung mencari yang mana ibunya karena melihat seluruh jamaah perempuan yang shalat menggunakan masker. Tak hanya itu, jamaah Shalat Ied tahun ini rela melaksanakan shalat dengan beralaskan selembar koran yang mungkin bisa saja mengotori sajadah mereka atau bahkan baju baru yang mereka kenakan. Dengan tetap menjalankan himbauan pemerintah masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid dengan menggelar beberapa tikar di halaman sekitar masjid hingga jalanan hanya untuk melaksanakan ibadah shalat yang hanya dilakukan sekali dalam setahun ini.
Pandemi Covid-19 ini tak hanya memberikan efek yang buruk, melainkan juga memberikan efek yang baik pula bagi masyarakat. Salah satunya yaitu, dengan situasi ini kita sama-sama belajar memahami arti penting tentang suatu pertemuan bahkan kebersamaan. Mungkin "pertemuan" yang kita anggap sepele terutama pada hari lebaran, kini dengan adanya pandemi ini membuat kita sangat menghargai betapa berartinya suatu pertemuan. Yang dahulunya bermalas-malasan untuk datang bertamu, kini sangat menanti-nanti bertemu walau hanya sekilas melalui ponsel tanpa bisa bertemu untuk sementara waktu. Yang hanya berucap melalui chatting kini tak segan-segan beralih melalui video call dengan alasan ingin saling tatap karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu dan melepas rasa rindu. Hal yang berbeda kembali terlihat ketika ucapan "Minal `aidin wal faidzin", sontak terlontar dari mulut ke mulut dengan nada penuh semangat mengiringi tiap langkah menuju rumah seusai melaksanakan shalat, dan masih banyak lagi hal sepele yang mungkin belum kita sadari bahwa itu penting adanya.
Semoga dengan adanya pandemi Covid-19 ini membuat kita dapat mengambil hikmah dan menghargai suatu tindakan-tindakan yang terlihat sepele namun ternyata sangat penting adanya. Jadikan Indonesia ini "Tetap kompak, meskipun berjarak".
Penulis : Imanda/Kader Putri Rayon Abraham
0 Komentar