![]() |
Gambar dari : www.google.com |
Bercerita singkat dari pengalaman seorang perempuan yang sudah jatuh bangun untuk menjalani hidupnya dirantauan sebut saja Dia. Dia adalah salah satu mahasiswa dari Perguruan Tinggi sudah satu setengah tahun dia makan bangku perkuliahan, tidak hanya itu dia juga ikut aktif di salah satu organisasi yang besar di kampus selama menjadi mahasiswa baru, dengan itu dia berusaha untuk bisa me-manage waktu dengan baik antara kuliah dan organisasi. Tidak hanya itu dia juga senang bergelud di dunia perpolitikan seperti di tataran pemerintahan kampus.
Sampai bisa dikatakan masih muda sekali bagi dia untuk mencari sebuah pengalaman sehingga ketika dia sudah berani untuk mengambil pilihan yang mungkin menimbulkan banyak konsekuensi.
Dulunya sebelum masuk di perkuliahan dia sangat pendiam, pemalu, takut orang, terlalu bergantung pada teman, sama sekali tidak mengenal politik dan tidak pernah terjun dalam organisiasi, ketika dia masuk diperkuliahan mulailah dia tertantang untuk merubah itu semua . Dengan itu selama di perkuliahan dia tidak ingin hanya staknan di bangku kelas saja, tapi dia ingin mencari banyak pengetahuan yang bisa merubah dirinya dan berwawasan luas. Ketika itu teman-temannya kelas masih banyak, dan kemana-mana selalu ada teman yang mendampingi, setelah mengikuti organisasi mulai ada perubahan yang awalnya pendiam menjadi berani berbicara, yang pemalu menjadi berani, yang takut orang menjadi suka publis, yang terlalu bergantungan teman menjadi mandiri, dan masih banyak lagi ilmu yang didapat dari organisasi.
Selama ini dia diorganisasinya sudah menjadi sorotan banyak orang atau bisa dikatakan seseorang yang intens di dalamnya, sering inklude dalam kegiatan apapun. Dia beda dengan teman yang lainnya, ketika berbicara mengenai tugas dan tanggung jawab dia benar-benar menjaga itu semua, tidak peduli dengan dirinya sendiri yang terpenting dia berusaha menjaga amanah yang sudah diberikan untuk kemaslahatan bersama.
Ketika berbicara cukup aktif di organisasi dan banyak waktu yang digunakan untuk kegiatan atau diskusi apapun itu yang menunjang perkembangan kader, maka dia benar-benar merelakan waktu kuliahnya untuk organisasinya, bagaimana tidak ketika mereka lebih membutuhkan keberadaan dia maka dia merelakan jam kuliah nya untuk kemaslahatan bersama dengan meninggalkan individualismenya. “Karna menurut ku belajar dikelas tidak cukup, karna hanya duduk manis, mendengarkan dan pulang ya seperti itu suasana kelas keseharian belom tentu mata kuliah masuk semua di otakku, maka dari itu aku pun memilih untuk aktif diorganisasi yang sudah jelas selama ini aku buktikan bahwasanya banyak ilmu yang ku serap dari organisasi yang ku transformasikan didalam kampus”. Ujarnya.
Ujarnya lagi “Organisasi tidak membutuhkanku, tapi aku yang membutuhkan organisasi. Maka dengan itu aku berusaha memaksimalkan lagi prosesku dengan mendobrak kesadaran rasa tanggung jawab, analoginya aku sudah memilih untuk menyelam dalam kolam dan aku sudah basah, dengan sulitnya aku untuk menepi dan mengeringkannya. Ya! Seperti itu prosesku sekarang aku sudah terlalu nyaman dan cinta dengan organisasiku maka dari itu aku tidak bisa untuk meninggalkan dalam kondisi apapun” .Meskipun dia aktif di organisasi dan berusaha membagi waktunya namun dia juga tidak lupa dengan orientasi utamanya meskipun itu sulit dia lakukan tapi dia percaya kalo dia bisa.
Tidak hanya aktif di organisasi namun dia mempunyai tugas di tataran pemerintahan kampus yaitu di amanahi untuk menduduki kursi Legislatif yang dimana dia perwakilan Senat Mahasiswa dari Prodinya. Semua itu merupakan suatu penghargaan ketika berbicara mengenai tatanegara yang dimana dia masih dini belum mengerti apapun itu politik, maka dari itu dia pun belajar didalamnya bagaimana sistem pemerintahan kampus dengan banyak nya ilmu yang dipetik dari organisasi itu cukup membantu kinerja dia di dalam birokrasi.
Untuk bergelut di dunia perpolitikan tidak semudah yang dibayangkan bahwasanya dia merelakan waktu jam kuliahnya untuk berkumpul rapat dengan mewakili dan membawa nama prodinya sehingga banyak matakuliah yang dia relakan. Tetapi itu semua malah mengundang judgetifikasi yang dimana dia membawa nama baik prodi malah sebaliknya banyak hal negatif yang dia dapat dari teman kelas dan dosen. Apa dia salah? Kenapa di setiap langkahnya menjadi sorotan yang negatif? Ketika dia berusaha membawa nama baik prodi nya begitupun tanggapan dari sekitar teman kelasnya yang suka mengolok, menjudge, mengucilkan, dan dimarginalkannya.
Ya! Setiap hari dia harus menanggung beban begitu besar dengan keseharian yang menyiksa dan mengganggu psikis nya. Tidak tau faktor apa yang menyebabkan teman kelasnya tidak menyukainya. Sungguh salut melihat dia sekuat itu dengan kondisi yang membuat batinnya tersiksa setiap harinya, tidak mengenal lelah dia melawan itu semua, dia berusaha tegar dan tersenyum bahagia setiap harinya, ketika dia tidak mempunyai teman dikelasnya tetapi dia banyak teman diorganisasinya, teman organisasinya yang membuat dia bertahan untuk bahagia dan kuat menghadapi itu semua dari support yang positif yang masih bertahan sampai sekarang.
Hanya ada tangisan batin ketika dari teman kelasnya tidak menganggap keberadaannya, ingin sekali dia berbaur dengan teman kelasnya, sudah beberapa kali dicoba namun respon dari teman kelasnya tidak baik malah menimbulkan bullyan. Ya! Ketika itu dia pun mulai malas untuk berada di kelas dan mengambil keputusan untuk tidak masuk kuliah dan banyak dari mata kuliah nya yang tidak di hadiri.
Ketika di ruang kelas tidak nyaman dan tidak dianggap untuk apa bertahan, sudah ku mencoba untuk mendekat namun hanya kata bullyan yang ku dapat. Ucapnya. Dari permasalahan itu dia memilih untuk aktif di organisasinya yang membuat dia nyaman dan melupakan masalah yang ada dalam kelasnya. Yang bisa membuat dia bahagia tersenyum lebar hanya ada pada teman-teman organisasinya.
Hanya ada kata biarkan lah teman-temanku seperti itu, toh kita uda mahasiswa sudah tidak harus diatur lagi. Hidup adalah pilihan ya ini pilihan ku apa salahnya aku aktif di organisasi dan ditataran birokrasi, kuliah ku juga dibiayai orang tuaku bukan dari temanku, orang tuaku sudah tau kalo aku ikut organisasi dan meng-amini setiap langkahku , tapi kenapa aku kalian permasalahkan, toh aku tidak masuk tidak mengganggu kalian belajarkan , aku tidak masuk juga ada alasannya. Aku tidak seperti kalian yang hanya di bangku kelas saja yang hanya mencari IPK bagus dan acuh pada kondisi kampus apalagi apatis dengan demokrasi, aku mempunyai tugas di dalam kampus yang dimana aku menjadi salah satu legislatif perwakilan prodi, yang ku lakukan tidak seperti yang kau lakukan paham! Jadi tolong jangan menjudge seenaknya kalo belom tau realitanya. Iya, aku paham sekali kalo kalian peduli, tapi tidak ini caranya yang kalian lakukan salah, apa dengan cara membully untuk menyadarkan salah satu temanmu yang salah? Tidak! tidak semua orang menerima buillyan ingat!. Ucapnya.
Dari itu semua dia pun butuh waktu untuk menetralkan kembali sesuatu yang membuat dia terganggu psikisnya. Semua tidak semudah yang dibayangkan, dia bertahan sampai sekarang karna ada satu tujuan yang dia capai yaitu ”BELAJAR DAN MENGABDI”, meskipun banyak rintangan yang dijumpainya seperti cemooh dari teman kelas, dimarginalkan, dikucilkan dan dipermalukan itu sudah tidak familiar lagi didengar bagi kalangan aktivis, apalagi bagi seorang perempuan itu menjadi sebuah tantangan bagi mereka untuk mengasah mental seberapa kuat untuk menjalani kehidupan diesok nanti.
Ketika dia berani untuk bertindak, banyak resiko dan konsekuensi yang dia terima, tapi tidak untuk menghalangi proses dia masih bertahan sampai sekarang untuk lebih giat lagi menjalani kehidupan yang penuh dengan lika-liku seperti ini, karna dia menganggap itu semua suatu hal yang lumrah dan benar-benar termotivasi lagi untuk bagaimana mengembangkan diri dan memperbanyak pengetahuan sebanyak-banyaknya agar lebih produktif.
Hidup adalah pilihan ketika berbicara mengenai kehidupan seseorang perlu kita telusuri terlebih dahulu apa alasan dibalik itu semua, dengan tidak semena-mena untuk menjudge layaknya tidak berpendidikan. Dari cerita singkat diatas itu tidak selayaknya dilakukan oleh kita yang sudah menjadi mahasiswa, kita sudah tidak lagi siswa yang suka membicarakan kehidupan orang lain, mereka juga mempunyai kesibukan tersendiri. So! Positif thinking lah gaes. yang mereka lakukan juga positif kok, tidak mengganggu kalian juga kan? Nah perlu intropeksi masing-masing ya untuk memperbaiki diri sehingga tidak menjatuhkan orang lain, tidak baik juga jika banyak mengkritik tanpa ada solusi kan lucu haha!
Perlu merevitalisasi peran mahasiswa yang katanya Agen of Change, Agen of Control, dan Agen of Balance. Ya begitulah seharusnya yang dilakukan oleh mahasiswa paham dan peka dengan kondisi kampus baik di lingkungan internal maupun eksternal yang berani merubah, mengontrol, dan menyeimbangkan kondisi apapun itu agar lebih progres dan produktif. Bukan malah acuh dan apatis seakan jika dianalogikan hanya numpang makan, namun dari makan nya itu tidak mengenyangkan kan miris.
Harapannya semoga tidak ada lagi kejadian seperti cerita diatas, cukup meng-inspirasi dan memotivasi kalian yang berproses di organisasi tataran internal maupun eksternal, karena perlu kita ketahui banyak hal yang dipetik dari cerita tersebut bahwasanya kita harus sadar dengan pilihan kita bertanggung jawab apapun kondisinya dengan tidak meninggalkan yang sudah kita pilih, karna apapun pilihan itu pasti ada konsekuensinya. Dengan itu apapun niat yang baik maka hasilnya pun juga akan baik, karna hidup kita tidak bisa secara instanisasi harus ada proses dari dini untuk mengembangkan pengetahuan.
Jika faktor lingkunganmu buruk maka keluarlah dari zona nyamanmu, karna kebanyakan faktor lingkungan yang menyebabkan orang malas untuk berproses dan memilih untuk rebahan dari pada mengikuti perkembangan otak. Tidak usah merasa takut kehilangan teman kelas analoginya mati satu tumbuh seribu, seiring berjalannya waktu kamu akan tahu mana kawan dan mana lawan. Teman akan mengikutimu jika kamu baik kepadanya dan melakukan hal yang positif. Kamu tidak sendiri percayalah, ingat! jangan pernah meninggalkan teman dalam kondisi apapun.
Jika kamu menganggap prosesmu itu biasa maka kamu keluar dengan rasa biasa saja, tetapi jika kamu menganggap prosesmu itu luar biasa maka kamu keluar dengan rasa yang luar biasa pula. Jangan pernah berhenti berproses hilangkan rasa apatisme dalam diri. Ingat! Rene Decartes mengatakan Cogito Ergo Sum yang artinya Aku berfikir maka aku ada.
Kesimpulannya alasan dan sebab akibat makin hari makin banyak mahasiswa ya pasif. seolah tidak peduli dengan organisasi baik internal maupun eksternal. Tidak mau mengeluarkan argumen, hanya terfokus kuliah lalu pulang dengan nilai akademik yang tinggi. Tidak mau memperjuangkan haknya sebagai mahasiswa dan rakyat sekelas tani dan buruh, karena mahasiswa diharamkan menyuarakan kebenaran dan dibatasi pergerakannya di kampusnya sendiri.
Kuantitas tidak berbanding lurus dengan power yang seharusnya bisa dimunculkan oleh kaum intelek ini. Jika kemudian muncul gebrakan segelintir mahasiswa yang telah sadar bahwa mereka ditindas secara halus. Dari sinilah terus menerus dari civitas akademika tertinggi disektor pendidikan terus melahirkan generasi yang bermental buruh yang hanya menuruti kebijakan yang keluar. Walaupun itu menginterfensi mereka. Lantas bagaimana nanti kelanjutannya setelah menyelesaikan pendidikan dan terjun ke dunia masyarakat? Wallahualam .
0 Komentar