MENATI KEBANGKITAN KADER


 Oleh : SF

KONDISI kader yang dimiliki oleh sebuah organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan realitas yang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan. Seiring perkembangan waktu, persoalan yang menyangkut kader tetap aktual. Keunikan dan keragaman cara berpikir setiap kader menuntut sarana sebagai tempat berkiprah sekaligus tempat mereka mengaktualisasikan dan mengidentifikasikan diri. Untuk menyikapi hal ini, tentu saja kader harus bisa pro aktif dan kreatif, di samping juga keharusan sekaligus kewajiban bagi setiap pengurus harian untuk senantiasa tahu dan cepat tanggap mengenai apa dan bagaimana keadaan yang diinginkan oleh kader.
            Seiring perjalanan sang waktu, kader yang dimiliki oleh PMII mengalami peningkatan pesat khususnya dalam hal kuantitas. Sedangkan aspek kualitas kurang merata meskipun hal ini bukan berarti telah terjadi degradasi yang amat sangat. Hal ini tentu saja tidak hanya dialami oleh PMII Rayon Abraham, melainkan sebuah kenyataan yang harus dihadapi sekaligus dipecahkan oleh organisasi-organisasi lainnya.
            Pada umumnya kondisi tersebut disebabkan oleh aspek psikologis yang terdapat pada diri kader yang bersangkutan, yang dimaksud dengan aspek psikologis di sini adalah kondisi psikologis kader yang cenderung malu untuk mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Kelemahan lain yang tidak kalah penting adalah mental yang selalu mengharapkan bantuan dan penanganan dari kader yang lain, meskipun toh pada dasarnya dia mampu mengatasi hal itu, dan mungkin cara pandang kader yang hanya ingin bereksistensi atau hanya sekedar ikut teman. Hal-hal tersebut merupakan kendala sekaligus tantangan bagi kader. Bagaimana para kader dapat mengelola hal-hal tersebut menjadi faktor pendukung dalam peningkatan kualitas dirinya.
            Semua kendala tersebut bermuara pada keinginan sekaligus harapan adanya penanganan kader khusus dan lebih intensif atau dengan jelasnya dengan salah satu cara penanaman rasa peduli, cinta terhadap dirinya, sesama kader dan PMII tentunya. Pada akhirnya para kader mampu bangkit dari tidur pulasnya dan menunjukkan eksistensinya sebagai bagian kader yang layak untuk diperhitungkan, sehingga mereka layak untuk menunjuk diri sebagai kader penerus roda pembangunan, penentu wajah Indonesia di masa depan.  

0 Komentar