MAY DAY & WORKING CLASS
by : QI
by : QI
Pada tanggal 1 Mei adalah momen yang sangat berarti
bagi segelintir masyarakat Indonesia khususnya di kalangan Kelas Pekerja
(Working class). Dia yang telah mendedikasikan tenaganya demi keselarasan dan
kesetaraan Kemajuan perekonomian dan sosial di kelas pekerja. kita mahasiswa
tentunya mengenal apa momen di tanggal itu, Ya bahasa kerennya di kalangan
mahasiswa biasa disebut May Day, tapi tidak semua mahasiswa mengetahui dan
apresiatif terhadap momen ini. Bukan maksud untuk mengkotak kotakan atau apalah
lah, tapi kembali lagi sejatinya mahasiswa itu terbagi dengan beberapa
tipologinya, yang jelas teman teman udah faham akan tipologi mahasiswa. Oke
kita kembali lagi ke Hari buruh. Bawah ini adalah sebuah hari libur (di
beberapa negara) tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk
merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.
Ø Sejarah
Hari buruh Internasional
Lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas
pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial serta
Perkembangan Kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis
ekonomi - politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan
Amerika Serikat. Dengan Memperketat disiplin dan pengintensifan jam kerja,
minimnya upah, serta buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan
perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Kemudian Kelas Pekerja ini yang
mengatas namakan dirinya Serikat Pekerja melakukan demonstrasi besar-besaran
untuk menuntut diberlakukannya 8 jam kerja setiap hari serta kenaikan upah yang
layak.
Demonstrasi
besar-besaran dimulai pada awal April 1886, saat itu ratusan ribu buruh Amerika
Serikat berkeinginan kuat menghentikan dominasi kelas borjuis, kemudian mereka
bergabung dengan organisasi pekerja Knights of Labour.
Ada
dua orang yang telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter
McGuire dan Mattew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New
Jersy.
1
Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886
oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions, untuk memberikan tuntutan
delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang
mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation
of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi
buruh di Kanada 1872 (menurut buku
The History Of May Day), dengan menuntut delapan jam kerja di Amerika
Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.
Begitulah
sejarah singkat dari hari buruh internasional, tapi jangan sampai lupa ada pula
dua peristiwa yang relevan di sebutkan ketika kita berbicara historis May Day.
Yaitu;
Ø Peristiwa
Haymarket
Pada tanggal 1 Mei 1886, sekitar 400.000
buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut
pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama
4 hari sejak tanggal 1 Mei.
Pada
tanggal 4 Mei 1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran,
sehingga Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut dan
ratusan orang tewas serta para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati,
para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei
itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut
perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.
Ø Kongres
Sosialis Dunia
Pada
bulan juli 1889 Kongres sosialis Dunia yang diselenggarakan
di Paris dengan hasil menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu
sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:
“Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam /hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional.”
Resolusi ini
mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890,
tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum
buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah
mereka.
Ø Sejarah
Hari Buruh di Indonesia
Indonesia mulai memperingati hari Buruh tanggal 1
Mei 1920. Ibarruri Aidit (putri sulung D.N. Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya
pernah menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Sovyet, sesudah
dewasa menghadiri pula peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 1970 di
Lapangan Tian An Men RRC pada peringatan tersebut menurut dia hadir juga Mao
Zedong, Pangeran Sihanouk dengan istrinya Ratu Monique, Perdana Menteri Kamboja
Pennut, Lin Biao (orang kedua Partai Komunis Tiongkok) dan pemimpin Partai
Komunis Birma Thaksin B Tan Tein.
Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh
tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan
hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam sektor sosial dan ekonomi.
Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham
komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.
Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas Subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi non komunis, bahkan juga yang menganut prinsip anti komunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai May Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.
Ke khawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori “membahayakan ketertiban umum”. Yang terjadi adalah tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma Suhartoisme yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan sebuah aksi organisasi yang di tumpangi oleh gerakan komunis. Tahun 2006 terjadi aksi besar besaran di berbagai kota di Indonesia, seperti di Jakarta, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, Bandung, Semarang, Samarinda, Manado, dan Batam.
Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas Subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi non komunis, bahkan juga yang menganut prinsip anti komunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai May Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.
Ke khawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori “membahayakan ketertiban umum”. Yang terjadi adalah tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma Suhartoisme yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan sebuah aksi organisasi yang di tumpangi oleh gerakan komunis. Tahun 2006 terjadi aksi besar besaran di berbagai kota di Indonesia, seperti di Jakarta, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, Bandung, Semarang, Samarinda, Manado, dan Batam.
Di Jakarta unjuk rasa puluhan ribu buruh
terkonsentrasi di beberapa titik seperti Bundaran HI dan Parkir Timur Senayan,
dengan sasaran utama adalah Gedung MPR/DPR, kemudian di Jalan Gatot Subroto dan
Istana Negara atau Istana Kepresidenan. Selain itu, lebih dari 2.000 buruh juga
beraksi di Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Buruh yang tergabung dalam aksi di
Jakarta datang dari sejumlah kawasan industri di Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tergabung dalam berbagai serikat atau
organisasi buruh. Dengan petisinya yang berisi Penolak revisi Undang-undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang banyak merugikan kalangan
buruh.
Di Jakarta, ribuan buruh, mahasiswa, organisasi
kepemudaan, dan masyarakat turun ke jalan. Berbagai titik di Jakarta dipenuhi
para pengunjuk rasa, seperti Kawasan Istana Merdeka, Gedung MPR,DPR,DPD, Gedung
Balai Kota dan DPRD DKI, Gedung Depnaker dan Disnaker DKI, serta Bundaran Hotel
Indonesia.
Di Yogyakarta, ratusan mahasiswa dan buruh dari berbagai elemen memenuhi Kota Yogyakarta. Simpang empat Tugu Yogya dijadikan titik awal pergerakan. Buruh dan mahasiswa berangkat dari titik simpul Tugu Yogya menuju depan Kantor Pos Yogyakarta. Di Solo, aksi dimulai dari Perempatan Panggung yang dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Bundaran Gladag sejauh 3 km untuk menggelar orasi lalu berbelok menuju Balaikota Surakarta yang terletak beberapa ratus meter dari Gladag. Aksi serupa juga digelar oleh dua ratusan buruh di Sukoharjo. Massa aksi tersebut mendatangi Kantor Bupati dan Kantor DPRD Sukoharjo. Di Bandung, para buruh melakukan aksi di Gedung Sate dan bergerak menuju Polda Jawa Barat dan kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Jawa Barat. Di Serang, ruas jalan menuju Pandeglang, Banten, lumpuh sejak pukul 10.00 WIB. Sekitar 10.000 buruh yang tumplek di depan Gedung DPRD Banten memblokir Jalan Palima. Di Semarang, ribuan buruh berunjuk rasa secara bergelombang sejak pukul 10.00 WIB. Mengambil start di depan Masjid Baiturrahman di Kawasan Simpang Lima, Kampus Undip Pleburan, dan Bundaran Air Mancur di Jalan Pahlawan, lalu menuju gedung DPRD Jawa Tengah. Sekitar 2 ribu buruh di kota Makassar mengawali aksinya dengan berkumpul di simpang Tol Reformasi. Dari tempat tersebut, mereka kemudian berjalan kaki menuju kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo. Di kota Palembang, aksi buruh dipusatkan di lapangan Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Di Sidoarjo, ratusan buruh yang melakukan aksi di Gedung DPRD Sidoarjo, Jawa Timur. Ribuan buruh di Pekalongan melakukan demo mengelilingi Kota Pekalongan. Aksi dimulai dari Alun-alun Pekauman Kota Pekalongan, melewati jalur pantura di Jalan Hayam Wuruk, dan berakhir di halaman Gedung DPRD Kota Pekalongan. Longmarch dilakukan sepanjang sekitar enam kilometer. Di Medan, sekitar 5 ribu buruh mendatangi DPRD Sumut dan Pengadilan Negeri Medan.
Di Yogyakarta, ratusan mahasiswa dan buruh dari berbagai elemen memenuhi Kota Yogyakarta. Simpang empat Tugu Yogya dijadikan titik awal pergerakan. Buruh dan mahasiswa berangkat dari titik simpul Tugu Yogya menuju depan Kantor Pos Yogyakarta. Di Solo, aksi dimulai dari Perempatan Panggung yang dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Bundaran Gladag sejauh 3 km untuk menggelar orasi lalu berbelok menuju Balaikota Surakarta yang terletak beberapa ratus meter dari Gladag. Aksi serupa juga digelar oleh dua ratusan buruh di Sukoharjo. Massa aksi tersebut mendatangi Kantor Bupati dan Kantor DPRD Sukoharjo. Di Bandung, para buruh melakukan aksi di Gedung Sate dan bergerak menuju Polda Jawa Barat dan kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Jawa Barat. Di Serang, ruas jalan menuju Pandeglang, Banten, lumpuh sejak pukul 10.00 WIB. Sekitar 10.000 buruh yang tumplek di depan Gedung DPRD Banten memblokir Jalan Palima. Di Semarang, ribuan buruh berunjuk rasa secara bergelombang sejak pukul 10.00 WIB. Mengambil start di depan Masjid Baiturrahman di Kawasan Simpang Lima, Kampus Undip Pleburan, dan Bundaran Air Mancur di Jalan Pahlawan, lalu menuju gedung DPRD Jawa Tengah. Sekitar 2 ribu buruh di kota Makassar mengawali aksinya dengan berkumpul di simpang Tol Reformasi. Dari tempat tersebut, mereka kemudian berjalan kaki menuju kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo. Di kota Palembang, aksi buruh dipusatkan di lapangan Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Di Sidoarjo, ratusan buruh yang melakukan aksi di Gedung DPRD Sidoarjo, Jawa Timur. Ribuan buruh di Pekalongan melakukan demo mengelilingi Kota Pekalongan. Aksi dimulai dari Alun-alun Pekauman Kota Pekalongan, melewati jalur pantura di Jalan Hayam Wuruk, dan berakhir di halaman Gedung DPRD Kota Pekalongan. Longmarch dilakukan sepanjang sekitar enam kilometer. Di Medan, sekitar 5 ribu buruh mendatangi DPRD Sumut dan Pengadilan Negeri Medan.
Tahun 2008, Sekitar
20 ribu buruh melakukan aksi long march menuju Istana Negara pada peringatan
May Day 2008 di Jakarta. Mereka berkumpul sejak pukul 10 pagi di Bundaran Hotel
Indonesia. Sementara itu 187 aktivis Jaringan Anti Otoritarian dihadang dan
ditangkap dengan tindakan represif oleh intel Polres Jakarta Selatan seusai
demonstrasi di depan Wisma Bakrie, saat hendak bergabung menuju bundaran HI. Di
Depok, 5 truk rombongan buruh yang hendak menuju Jakarta ditahan Intel Polres
Depok. Di Medan, polisi melarang aksi demonstrasi dengan alasan ada momen hari
besar yakni peringatan Hari Kenaikan Isa Almasih. Kemudian Aksi buruh di
Yogyakarta juga dihadang Forum Anti Komunis Indonesia.
Aksi ini dilakukan oleh berbagai organisasi buruh yang tergabung Aliansi Buruh Menggugat dan Front Perjuangan Rakyat, serta diikuti berbagai serikat buruh dan organisasi lain, seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Buruh Putri Indonesia, Kesatuan Alinasi Serikat Buruh Independen (KASBI), Serikat Pekerja Carrefour Indonesia, Serikat Buruh Jabotabek (SBJ), komunitas waria, organ-organ mahasiswa dan lain sebagainya.
Aksi ini dilakukan oleh berbagai organisasi buruh yang tergabung Aliansi Buruh Menggugat dan Front Perjuangan Rakyat, serta diikuti berbagai serikat buruh dan organisasi lain, seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Buruh Putri Indonesia, Kesatuan Alinasi Serikat Buruh Independen (KASBI), Serikat Pekerja Carrefour Indonesia, Serikat Buruh Jabotabek (SBJ), komunitas waria, organ-organ mahasiswa dan lain sebagainya.
Pada Tahun 2009, Belasan Ribu buruh, aktivis dan
mahasiswa dari berbagai elemen dan organisasi memperingati Hari Buruh Sedunia
dengan melakukan aksi long march dari Bundaran HI menuju Istana Negara,
Jakarta. Aksi ini tergabung dalam dua organisasi, Front Perjuangan Rakyat (FPR)
dan Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Ribuan buruh yang tergabung dalam ABM,
tertahan dan dihadang oleh ratusan aparat kepolisian sekitar 500 meter dari
Istana. Kemudian
Menjelang Puncak kemenangannya tahun
2010, Bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, ribuan pengunjuk rasa
melakukan unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta
Pusat. Dari Bundaran HI, mereka kemudian bergerak ke depan Istana Negara.
Mereka menuntut akan jaminan sosial bagi buruh. Kalangan buruh menganggap
penerapan jaminan sosial saat ini masih diskriminatif, terbatas, dan
berorientasi pada keuntungan pribadi. Di depan Istana, sempat terjadi
kericuhan yang berlangsung sekitar 15 menit pada pukul 14.00 WIB. Petugas
kepolisian mengamankan dua orang pengunjuk rasa untuk dimintai keterangan.
Menurut Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang, kedua demonstran
tersebut berasal dari salah satu lembaga anti korupsi, KAPAK (Komite Aksi
Pemuda Anti Korupsi). Setelah insiden itu, secara umum kondisi Demonstran
berjalan kondusif hingga selesainya aksi pada pukul 16.00 WIB. Di tahun puncak
kemenangan tahun 2011,2012, dan 2013 Kelas Pekerja (Working Class) terus
menyuarakan tuntutan yang dirasa itu sangat perlu untuk mereka dapatkan. Maka
seiring berjalannya waktu di setiap tangga 1 Mei dari tahun 2011 – 2013, kelas
pekerja terus memperingati hari itu dengan terus melakukan aksi dengan jumlah
demonstrasi yang semakin bertambah. Seperti halnya di tahun 2011, Ribuan buruh
Indonesia merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day, Minggu (01/05) di
Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Mereka menyerukan adanya kepastian jaminan
sosial bagi para buruh di Indonesia sambil meneriakkan yel-yel perjuangan seperti
“Hidup Buruh” dan “Berikan Hak-Hak Buruh,” serta mereka berpawai menuju Istana
Negara. Kamis
3 Mei 2012, Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi DR. Untung S.Rajab, menerima
sejumlah tokoh serikat buruh yang terlibat langsung dalam pergerakan aksi demo
besar-besaran di ibukota Jakarta menyambut May Day 2012 atau Hari Buruh
Internasional. Tokoh buruh yang menemui Kapolda, diantaranya ketua aksi dan
koordinator Lapangan (Korlap). Kemudian mereka bersama Kapolda memberi
keterangan Pers.
Bari Silitonga selaku Ketua aksi pada peringatan
Hari Buruh Internasioanl itu mengtakan kepada wartawan, “kedatangan mereka
menemui Kapolda Metro Jaya untuk memberi apresiasi positif kepada Polda Metro
Jaya dan jajarannya yang telah mengawal aksi demo buruh pada Sesala 1 Mei 2012,
sehingga aksi buruh dapat berjalan lancar, tertib dan aman, tanpa mendapat
gangguan sampai selesai. Meskipun tuntutan serikat buruh hanya sebagaian kecil
mendapat tanggapan positif dari Pemerintah, kami buruh merasa perlu memberi
apresiasi kepada jajaran Polda Metro Jaya yang telah mengamankan aksi demo
buruh sejak awal hingga selesai pada 1 Mei 2012. Mengenai tuntutan buruh yang
belum tercapai, itu akan terus diperjuangkan buruh dan tidak akan pernah
berhenti.” Ucap Bari Silitonga. Kemudian
Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi DR.Untung S.Rajab juga mengatakan hal yang
apresiatif dalam jumpa pers tersebut, “Kedatangan sejumlah tokoh buruh ini, disambut
gembira oleh kami serta jajaran Polda Metro Jaya juga memberi apresiasi dan
sangat berterima kasih kepada seluruh anggota serikat buruh, dimana selama
melakukan aksinya pada May Day 2012 tetap tertib dan tidak melanggar hukum.”Menurut
Irjen Polisi DR.Untung S.Rajab, buruh maupun serikat buruh telah menunjukkan
kepada masyarakat suatu contoh positif, bahwa untuk menyampaikan aspirasi
melalui aksi demo dapat dilakukan secara tertib dan damai. Buruh telah memberi
contoh, meskipun massa yang diturunkan puluhan ribu, aksi mereka tidak
mengganggung keamanan dan ketertiban masyarakat.
Lebih lanjut Kapolda Metro Jaya mengatakan, bahwa
buruh yang tergabung diberbagai serikat buruh adalah aset negara. Mereka patut
dihargai dan berhak mendapat pelayanan yang baik dari pemerintah, termasuk dari
kepolisian. Oleh karena itu, jajaran kepolisian pada peringatan hari buruh
kemarin mengawal aksi demo buruh agar tidak mendapat gangguan dari pihak luar,
dan kerjasama buruh dengan Polri pada May Day 2012 cukup baik. Apa yang telah
diperlihatan buruh melalui aksi demonya, patut dicontoh, karena aksi demo tidak
identik dengan kekerasan atau kerusuham. Tahun 2013 - 2014,adalah momentum yang sangat di abadikan
oleh serikat buruh maupun seluruh buruh di indonesia yang tidak tergabung dalam
aliansi. yang mana di tahun 2013, muncul isu kalau Pemerintah akan menjadikan
Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap 1 Mei sebagai hari libur
nasional. Menurut isu yang tersebar ini akan di laksanakan di tahun 2014 –
seterusnya. Ada hikma yang dapan kita ambil dari isu ini,yakni membuahkan hal
yang positif di pihak buruh, terbukti bawah di tahun 2013 serikat buruh tidak
melakukan aksi demo lagi, dan mungkin ada demonstrasi tapi hanya di berbagai
daerah saja. karna mereka telah mengkajian petisinya dan upgriding dalam
pergerkannya, untuk menyampaikan petisi petisi yang selama beberapa tahun
mereka suarakan dengan aksi demonstrasi. Petitisi petisi tersebut tidak lagi
menjadi bayangan dan mimpi indah di
kelas pekerja, 29 juli 2013 presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
menandatangani Peraturan Presiden ( PERPRES ) yang berisi penetapan 1 Mei
sebagai Hari libur nasional dalam rangka memperingati Hari Buruh Nasional dan
Menghargai perjuangan buruh dalam sektor Ekonomi dan Sosial. hal itu akan
dimulai pada 2014 - seterusnya. Sekian
Artikel tentang May Day & Working Class, serta pula disini juga terkandung
Historis Hari Buruh Indonesia, semoga artikel diatas dapat berfaedah untuk
seluruh masyarakat indonesia khusunya mahasiswa, Kenapa kok mahasiswa? Iya
perlu kita ketahui kalau mahasiswa juga ikut andil dalam proses penyampaian
aspirasi buruh tersebut. Di sisi lain itu juga salah satu Aktualisasi dari
peran fungsi mahasiswa yaitu “Agent Of Change” Dan semoga dari sini pula bisa
di pakai melalui media refleksi dalam memaknai peringatan Hari Buruh (May Day)
yang selalu kita peringati setiap tanggal 1 May.
0 Komentar