Lunturnya Kegagahan PMII




By: Shofa (Rayon Abraham)
Saya Bangga dengan perjuangan para pendiri yang dahulu kala karena tidak terasa ternyata PMII sudah berusia 57 tahun, umur yang dalam hitungan usia sudah tidak muda lagi, tapi semangat dan jiwa sebagai warga pergerakan harus muda dan siap menjadi petunjuk  terdepan dalam mengawal tradisi dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Yang mana proses berdirinuya PMII ini tidaklah mudah akan tetapi dengan tekat bulat dari para pendiri PMII maka hingga sekarang masih tetap kokoh berdiri dan eksis sepanjang masa. Kini masa kemasa PMII semakin berkembang dilihat dari kuantitasnya dan kualitasnya yang mana warga PMII menjadi mahasiswa yang berintelektual, kritisis dan dinamis.
Masa ke masa akan berubah tergantung orang- orang yang ada di dalam PMII yang mana sesuai dengan perkembangan Zaman yang semakin modern yang kondisi pemuda sekarang lebih mementingkan membaca status di facebook dan sosmed lainnya dari pada membaca buku karena perubahan ini sangatlah meningkat. Dengan terbentuknya organisasi PMII ini akan merubah negara ini menjadi tentram dimana mahasiswa itu menjadi perantara suara rakyat kepada pemerintah, akan tetapi dalam realitanya kondisi yang sekarang tidak seperti itu. Tidak sesuai dengan tujuan PMII yaitu untuk membentuk pribadi muslim yang berbudi luhur, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia. Itulah cita-cita PMII yang dibuat oleh para pendahulu akan tetapi belum sepenuhnya terwujud,  hal tersebut disebabkan karena kader – kader itu sendiri terlalu terlena dengan kemajuan zaman yang saat ini berlangsung. Perjuangan para pejuang PMII sekarang ini perlu untuk dievaluasi kembali dan setelah itu direfleksikan dalam suatu bentuk gerakan yang dapat menumbuhkan kembali semangat kader untuk mewujudkan cita – cita para pendiri PMII.
Tidak sesuai juga dengan apa yang di cita-citakan para pendiri dan pejuang untuk menjadi kader yang tidak hanya teoritis melainkan juga tindakan yang diperlukan karna tindakan tanpa teori adalah anarki dan teori tanpa tindakan itu monarki. Sekarang sangatlah menyimpang dari peraturan dalam PMII itu sendiri, banyak kader beranggapan bahwa PMII adalah organisasi terbesar yang dapat mengalahkan organisasi lain, padahal isi yang sebenarnya sama saja dengan yang lain hal yang membedakan lambang dan nama organisasi, mereka masih sombong dengan lambang PMII tapi mereka tidak menjadi pejuang PMII yang sebenarnya diinginkan.  Kondisinya miris sekali dengan keadaan PMII yang sekarang bagaimanakah jika para pejuang dulu melihat semua ini ? mungkin beliau bangga karna organisasi yang diperjuangkan dulu masih berdiri tegak di era ini, akan tetapi kemungkinan lain mereka merasa kecewa kepada kader PMII yang sekarang karena mereka yang dulu bersusah payah untuk memperjuangkannya tapi ternyata penerusnya tidak bisa untuk menjalankan amanatnya mereka masih mengutamakan emosi dan keegoisannya. Ayolah wahai sahabat-sahabati semua, kita bahagiakan para pejuang yang terdahulu buatlah mereka merasa bangga dengan kita pejuang yang sekarang jangan biarkan organisasi kita ini mati dengan keintelektualan bagaimana dengan nasib mahasiswa di indonesia apabila kita kita berjuang, bangkit dan untuk mewujudkan cita-cita bangsa karena maju mundurnya bangsa ini tergantung  kita sebagai pemuda penerus bangsa.
Dan dengan adanya organisasi inilah kita bisa menyalurkan anspirasi, berjuang bersama dengan tanpa lelah. Sekali bendera dikibarkan hentikan ratapan dan tangisan itulah simbol PMII. Zaman boleh modern, penampilan boleh kekinian tapi ingatlah komitmen tidak akan berubah, tapi pikiran kita tidak boleh dijajah oleh zaman yang modern ini. Perjuangkanlah adil dan makmur untuk tanah air,  untuk satu keyakinan kita yaitu agama islam .

0 Komentar